Social Links
AMRI | WALKING IN THE TALK
19470
post-template-default,single,single-post,postid-19470,single-format-standard,vcwb,ajax_fade,page_not_loaded,,side_area_uncovered_from_content,qode-theme-ver-10.0,wpb-js-composer js-comp-ver-5.0.1,vc_responsive
 

WALKING IN THE TALK

Oleh : Cucu Saepuloh

Walking in the talk yang saya pahami yaitu mengalami apa yang dikatakan dan mengatakan apa yang dialami adalah proses belajar dan bertumbuh yang alami.

Masih hangat diingatan saya saat rakornas pengurus dan mentor AMRI tgl 5 januari 2019 lalu yang mana Suhu Wan mengisahkan suatu waktu di pagi hari beliau terkejut harus menerima kenyataan tokonya yang di dekat rumah disegel oleh debt collector akibat tidak bisa membayar hutang.

Karena keluarganya tidak sanggup menghadapi tekanan, Suhu Wan harus rela pindah-pindah tempat tinggal sampai pada akhirnya ikut numpang di rumah kakaknya di Cisalak untuk menghindari ganasnya pengejaran dari sang Debt Collector.

Di dalam keadaan terpuruk begitu, rupanya Suhu Wan terus mencari inspirasi dan tanpa sengaja lewat sebuah toko yang ramai, maaf saya lupa nama tokonya.

Lalu diamati jumlah kendaraan yang parkir di toko tersebut, dan diamati barang-barang yang dijual di sana ternyata banyak yang mirip dengan yang ada di toko Suhu Wan.

Seketika Suhu Wan langsung menelpon karyawan di tokonya menanyakan berapa kendaraan yang parkir di tokonya saat itu. Dan dijawab oleh pegawainya hanya ada dua sampai tiga kendaraan, hal ini sangat jomplang dengan kondisi toko yang ramai tadi.

Saat pindah menumpang di rumah ponakan di Tambun, Suhu Wan jalan kaki bersama isteri menyusuri jalanan di bawah panasnya terik matahari mencari toko yang mau dikontrakkan padahal tidak memegang uang sama sekali.

Sampailah di satu toko yang sreg di hati Suhu Wan namun tidak ada tulisan di kontrakan di depannya. Lalu setelah menanyakan kepada toko sebelah, ternyats toko itu mau dikontrakkan dan diberi nomor pemiliknya.

Lalu Suhu Wan menghubungi Pak Haji yang punya toko tersebut dan negosiasi harga sewa sampai deal tanpa mengeluarkan uang hanya minta waktu 2 bulan dari situ untuk mempersiapkan pindahan dan pembayaran.

Setelah 2 bulan berlalu kembali Pak Haji menanyakan keseriusan Suhu Wan untuk menyewa toko, karena kalau tidak ada keseriusan mau disewakan ke orang lain.

Suhu Wan hanya menjelaskan secara jujur tentang kondisi yang menimpanya dan meminta tambahan waktu 1 bulan lagi.

Akhirnya ceritanya Suhu Wan bisa menempati toko itu dan bisa tidur di situ dengan menjual barang-barang sisa yang deadstock di toko sebelumnya.

Contohnya mainan laptop yang pernah diceritain dengan harga modal dua tahun sebelumnya seharga Rp 25.000 dijual obral dengan harga Rp 10.000. Dan ini laku keras sampai stok yang numpuk selama dua tahun itu ludes, bahkan masih banyak orang yang nanyain mainan itu karena nggak kebagian.

Ternyata nilai suatu barang bisa jelek kalau harganya dianggap mahal oleh pasar dan bisa bagus kalau harganya dianggap murah oleh pasar.

Dari situ Suhu Wan mulai bisa membayar uang sewa toko dengan cara mencicilnya. Saat itu belum ada nama plang toko apapun, yang utama bisa jualan dulu.

Enam bulan dari situ barulah muncul nama Idolmart. Inilah kisah nyata cikal bakal berdirinya minimarket Idolmart yang kini sudah ada 80 cabang.

Kalau mau menyadari sebenarnya setiap kejadian ada hikmahnya. Ini saya hanya berandai-andai saja ya, hanya intermezo saja.

Apabila toko Suhu Wan tidak disegel, mungkin saja Suhu Wan tidak akan tinggal di rumah kakaknya di Cisalak. Jika tidak ke Cisalak maka Suhu Wan tidak akan melihat “contoh toko” yg menginspirasi beliau untuk mendirikan Idolmart.

Jika tidak ada Idolmart mungkin saja tidak akan ada AMRI dan jika tidak ada AMRI mungkin saja tulisan ini tidak akan pernah ada.

Mari sejenak kita tersenyum bersama.

Setiap sebab akan menghasilkan sebuah akibat, namun sebuah akibat yang sama belum tentu dilahirkan dari sebab yang sama.

Titik-titik dalam kehidupan semuanya terhubung, tetapi kita hanya bisa melihat hubungan itu jika kita menoleh ke belakang (Steve Jobs)

Jangan sepelekan pengalaman hidup diri kita, walaupun sepahit apapun, hadapi dan jalani terus karena merupakan proses pembelajaran hidup.

Siapa tahu pengalaman tersebut merupakan titik penghubung kesuksesan yang hendak dicapai.

Hargailah setiap pengalaman hidup yang sudah dilalui, jangan kalah sama seseorang yang berani membayar 80 jt hanya demi sebuah pengalaman selama satu jam.

Salam omset 80 jt sehari.

Salam ? AMRI

#GaraGara80jt

DPP AMRI
dppamri@gmail.com
No Comments

Post A Comment