Social Links
AMRI | KUIS RITEL : MENGAPA USAHA SEVEL BISA BANGKRUT?
17766
post-template-default,single,single-post,postid-17766,single-format-standard,vcwb,ajax_fade,page_not_loaded,,side_area_uncovered_from_content,qode-theme-ver-10.0,wpb-js-composer js-comp-ver-5.0.1,vc_responsive
 

KUIS RITEL : MENGAPA USAHA SEVEL BISA BANGKRUT?

seven eleven

seven eleven © wikimedia.org

 

Usaha Sevel di Indonesia dimulai pada tahun 2009 dengan membuka gerai pertama di Bulungan, Jakarta Selatan dan langsung bertumbuh dengan pesat. Pada Tahun 2011 sudah memiliki 50 oulet dan terus meroket sampai tahun 2014 menjadi 190 oulet dengan omset Rp 971,7 milyar. Omset tahun 2014 ini naik 25% dibandingkan tahun 2013 yang berjumlah Rp 778,3 milyar dengan 150 oulet. Saat itu terlihat hampir semua cabang dimana-mana selalu ramai dikunjungi pelanggan apalagi cabang yang dibuka di lokasi-lokasi yang premium.

Namun pada tahun 2015 omset mengalami penurunan dibanding tahun 2014 dengan nilai Rp 886,8 milyar dan untuk pertama kalinya sejak berdiri sevel menutup outletnya sebanyak 20 cabang. Pada taggal 30 Juni 2017 yang lallu akhirnya Sevel menutup seluruh cabangnya, dan berakhirlah suatu usaha ritel yang tumbuh cukup fenomenal itu di Indonesia.

PERTANYAAN KUIS RITEL: Apa yang menyebabkan usaha Sevel yang awalnya tumbuh dengan sangat bagus, terutama dari tahun 2011 sampai 2014 bisa mengalami kebangkrutan?

Karena banyak permintaan maka kuis Ritel diperpanjang sampai hari Minggu, 27 Agustus 2017 jam 22 Wib (dari sebelumnya hari Rabu, 23 Agustus 2017)??

Silahkan Bang dan Non menjawab kuis ritel ini dengan batas waktu sampai hari Minggu, (27 Agustus 2017 jam 22.00 Wib) . 3 orang pemenang yang menjawab dengan jawaban yang paling mendekati dengan jawaban saya akan diberikan HADIAH berupa member premium ritelnews.com gratis senilai Rp 200 ribu atau sebuah buku ritel yang favorit saya baca. Pemenang akan saya umumkan pada hari Senin, 28 Agustus 2017 jam 20.00 Wib.

Jawaban silahkan ditulis di KOLOM KOMENTAR Setiap orang boleh menjawab lebih dari 1 kali, maksimal 3 komentar jawaban.

[UPDATE!!!]

Sudah banyak yang menjawab cukup bagus, namun saya masih agak kesulitan memilih 3 pemenang untuk itu saya berikan data tambahan dan persilahkan untuk melengkapi jawaban yang ada dengan data yang saya berikan berikut ini. Bagi yang belum menjawab masih ada kesempatan sampai hari Rabu, tanggal 30 Agustus jam 22.00 wib.

Untuk melihat perkembangan suatu bisnis akan lebih mudah dengan cara:
1. Membandingkan hasil yang dicapai dari tahun ke tahun, saya ambil data dari tahun 2013 sampai 2015
2. Membandinkan dengan bisnis lain dari jenis usaha yang sama (ada 11 perusahaan ritel)

Peringkat Magin Laba Bersih

Peringkat Margin Laba Bersih adalah % Laba bersih dibandingkan dengan omset. Disamping % saya cantumkan disebelahnya adalah peringkat terbaik dari 11 perusahaan ritel di atas, Matahari Dept Store % laba bersih sebesar 19,77% dan berada di peringkat 1 (terbaik). 7-Eleven (Sevel) % laba bersih minus (rugi) 4,46% dan berada diperingkat 11 (terjelek).
Peringkat Current Ratio

Current Ratio mengukur KESEHATAN KEUANGAN dengan membandingkan Aset Lancar (Kas, stok, piutang dan harta lain yang berputar dibawah 1 tahun) dengan Hutang Lancar (Hutang dagang dan hutang lainnya yang jatuh tempo dalam 1 tahun). Semakin tinggi akan semakin baik, CUR Ace Hardware tahun 2015 sebesar 598,46% artinya Aset Lancarnya adalah sebesar 5,98 kali Hutang lancar.
Peringkat ROA ROE dan ATO

Cash Ratio mengukur KESEHATAN KEUANGAN dengan cara membandingkan Kas (uang kash, deposito atau setara kas) dengan Hutang Lancar. Semakin tinggi semakin baik, Ace Hardware pada tahun 2015 dengan CAR 150,83% artinya Kas yang dimiliki sebesar 1,5 kali dari Hutang lancar.
Peringkat Magin Laba Bersih

ROA mengukur KEMAMPUAN MENGHASILKAN KEUNTUNGAN dengan cara membandingkan Laba Bersih dibanding Total Aset yang ada
ROE mengukur KEMAMPUAN MENGHASILKAN KEUNTUNGAN dengan cara membandingkan Laba Bersih dibanding Total Modal yang ditanamkan
ATO mengukur KEMAMPUAN MENGHASILKAN PENJUALAN dengan cara membandingkan Omset dibanding Total Aset yang ada

Untuk lebih ringkas saya tidak menyampaikan angka-angka, namun cukup peringkat terbaik saja dari gabungan ROA, ROE & ATO, tahun 2015 Alfamart di peringkat 1 (terbaik), Sevel di peringkat 11 (terjelek).

Silahkan jawab di kolom komentar.

Wan MH (Ketum AMRI)

Suhu Wan MH
95ropi@gmail.com
60 Comments
  • Citra Cilia
    Posted at 17:36h, 20 Agustus Balas

    Salah satu faktor yg menyebabkan bangkrutnya sevel adalah pemilihan produk yg kurang tepat. Contohnya seperti makanan premium yg kalau tdk laku menjadi waste. Jg pemilihan lokasi di daerah elit sehingga menambah kenaikan biaya tetap. Srdangkan kebanyakan anak2 muda nongkrong lama hanya beli miuman

    • Suhu Wan MH
      Posted at 20:39h, 20 Agustus Balas

      Bisa lebih diuraikan lagi contoh pemilihan produk yang kurang tepat di Sevel? atau diberikan contoh selain makanan yang akan menjadi west jika tidak laku

  • Ahmad Yani
    Posted at 18:10h, 20 Agustus Balas

    Saya akan menjawab berdasarkan pengetahuan umum
    Mengapa Setelah bangkrut?

    adalah karena gagal mengelola Cash Flow. Sebabnya ada

    1. Biaya terlalu tinggi karena menyewa gerak di lokasi premium dng harga kontrak yg tinggi. Yg tidak seimbang dng pemasukan karena

    2. Salah memilih segmen pasar. Anak muda yg dituju sebagai sasaran pasar Sebel adalah anakmuda yg umumnya belum memiliki income sendiri. Mahasiswa dan pelajar. Belanja sedikit nongkrong lama.

    3. Respon cepat dari kompetitor. Konsep sevel nyaris membuat Alfa dan Indo seperti bagian dari masa lalu. Namun konsep itu mudah ditiru dng cepat oleh Indo Alfa bahkan Cikole K. ALFA bahkan membuat gerak bernama Lawan dan Indo maret mengubah beberapa gerangan menjadi INDOMARET Poin

    4. Adalah faktor regulasi. Lebih dari 60% omset sevel dikontribusikan penjualan minuman beralkohon. Namun begitu Pemda DKI mengeluarkan regulasi yh melarang penjualan minuman beralkohol di tahun 2015. Omset Sevel segera terjun bebas.

    • Suhu Wan MH
      Posted at 20:42h, 20 Agustus Balas

      Untuk jawaban nomor 3, Bang Yani bisa menjelaskan apakah ada hubungan karena Lawson dari Alfamart juga ternyata tidak berkembang cabangnya juga menyusut, Family Mart juga sama banyak yang tutup, Indomaret point juga biasa-biasa saja

  • fuad hasan
    Posted at 18:16h, 20 Agustus Balas

    Pemilihan produk yang kurang tepat. Karena penduduk Indonesia, apalagi jakarta, di dominasi oleh kalangan ekonomi menengah ke bawah. Dengan kata lain, pergerakan pasar di dominasi oleh produk-produk yang dijangkau oleh kalangan menengah bawah.

    Ditambah lagi, geliat UKM daerah semakin menunjukkan “taringnya”, mereka siap berkompetisi meraih hati konsumen.

    Dan alasan terakhir, sepuluh tahun ke belakang, rasa nasionalisme orang Indonesia semakin meningkat. Mereka mulai bangga membeli produk-produk Indonesia.

    • Suhu Wan MH
      Posted at 20:47h, 20 Agustus Balas

      Sevel banyak membuka gerai di lokasi premium sehingga mestinya pemilihan produk jika dihubungkan dengan kalangan ekonomi menengah ke bawah agak kurang tepat. bisa dijelaskan Bang Fuad?

  • Dian mayasari
    Posted at 19:04h, 20 Agustus Balas

    Adanya kebocoran keuangan, orang dalam toko ikut bermain pada laporan keuangan jadi minus lah..
    Besar pasak daripada tiang, pembukaan cabang kebanyakan dg hutang jadi bukan pertumbuhan organik sehingga rentan banyak masalah.karena cicilan pasti sedangkan pendapatan belum tentu
    Pangsa pasar yg kurang tepat,tempat nobgkrong tapi barang2nya premium jadi ya sedikit penjualannya. Yang pasti ilmu ITO Inventory Turn Over kurang jalan ya suhu Wan

  • Arif Firmansyah
    Posted at 19:57h, 20 Agustus Balas

    Seven eleven bangkrut karna tidak bisa menjaga casflownya, beban biaya terlalu besar, pendapatannya tergerus dengan adanya regulasi pelarangan Alkohol dan adanya persaingan ketat di convenience store .
    Perlu diketahui 7 eleven berkonsep minimarket plus tempat tongkrongan berbeda dengan negara lainnya,di australia minimarket saja,di malaisia mirip indonesia tp jumlah kursinya tidak sebanyak di indonesia.dengan ini banyak anak muda bebas duduk dan ngobrol lebih lama tanpa ada pelayan yang mengusir secara halus (mengangkat piring dan gelas “ada tambahan pesanan kak?”).disana disediakan juga alkohol,kopi,teh panas dan sumber listrik jika mau menggunakan laptop untuk mengerjakan tugas atau lainnya.Apalagi tarif dasar listrik naik menambah beban dari sevel.
    Nah sejak dilarangnya minuman alkohol (16 april 2015) gerai sevel tidak bisa menjual bir dan alkohol yang merupakan produk fastmoving dan sumber pendapatan yang signifikan (8-12%) dari total pendapatan.
    Juga ada persaingan yang ketat di convenience store,pada awalnya hanya bersaing dengan circle K,lalu ada family mart yg lebh murah dri sevel dan ukuran gerainya lebih luas dari sevel.apalagi lokasinya berdekatan sehingga hal ini menggerus jumlah pelanggan .
    Faktor lainnya adalah kegagalan akuisisi oleh PT Charoen Pokphand yang diharapkan menyelamatkan 7 eleven.

    • Suhu Wan MH
      Posted at 20:51h, 20 Agustus Balas

      Apa yang membuat sevel tidak bisa menjaga cash flownya Bang?
      Starbuck termasuk sukses di Indonesia, kenapa Sevel yang pelanggannya ramai namun bisa gagal?

      • Arif Firmansyah
        Posted at 21:39h, 20 Agustus Balas

        starbuck mengusung konsep cafe premium berbeda dengan 7 eleven yg memiliki 2 konsep sekaligus minimarket dan cafe dimna pendapatan cafe terbesar dari bir dan alkohol sedangkan kofi,teh dan mie profitnya sedikit .Bandingkan saja harga kopi di 7 eleven 10.000 di strbuck paling murah 20.000 itupun pelanggannya orang premium yang tidak berlama-lama di cafe karna kesibukannya beda dengan 7 eleven dimna banyak anak muda kantong tipis yang lebih banyak nongkrongnya dan ini menggerus biaya listrik dan internet (free wifi),apalagi sejak pelarangan alkohol semakin menggerus profit 7 eleven.Jadi meski sama2 ramai tp profitnya berbeda…

      • Arif Firmansyah
        Posted at 21:41h, 20 Agustus Balas

        starbuck mengusung konsep cafe premium berbeda dengan 7 eleven yg memiliki 2 konsep sekaligus minimarket dan cafe dimna pendapatan cafe terbesar dari bir dan alkohol sedangkan kofi,teh dan mie profitnya sedikit .Bandingkan saja harga kopi di 7 eleven 10.000 di strbuck paling murah 20.000 itupun pelanggannya orang premium yang tidak berlama-lama di cafe karna kesibukannya beda dengan 7 eleven dimna banyak anak muda kantong tipis yang lebih banyak nongkrongnya dan ini menggerus biaya listrik dan internet (free wifi),apalagi sejak pelarangan alkohol semakin menggerus profit 7 eleven.

        Jadi meski sama sama ramai jelas profit dan biaya bebannya berbeda

        • Suhu Wan MH
          Posted at 05:26h, 21 Agustus Balas

          Sevel ramai dikunjungi pelanggan, namun profit tipis bahkan rugi, itu yang Bang Arif maksudkan?

          • Arif Firmansyah
            Posted at 05:52h, 21 Agustus

            Ya suhu

  • EviJuni Yanti
    Posted at 20:33h, 20 Agustus Balas

    Sevel bangkrut karna ;
    Pertama mengenai regulasi ; mereka harus mengurus izin pd dua instansi deperindag dan deppariwisata..karna di anggap sbg rest dan juga minimarket..
    Yg kedua masalah pola belanja masyarakat..karna sevel menyediakn internet pembelinya belanja sedikit tp tongkrongannya lamaa..di perparah lagi adanya pelarangan minuman ber alkohol di minimarket..
    Akibatnya tidak seimbang biaya pendapatan sama biaya operasi..

    • Suhu Wan MH
      Posted at 12:56h, 21 Agustus Balas

      Bagaimana caranya agar nongkrongnya lama tetapi belanjanya bisa banyak?

      • EviJuni Yanti
        Posted at 16:24h, 21 Agustus Balas

        Cara agar pelanggan blanja banyak
        1. Dengan cara menciptakan keramaian dgn keramaian…org nongkrong yg jd target untuk belanja di toko itu kurang tepat. Tp biar kan yg nongkrong hanya untuk memancing keramaian…dan target kita tetap ada pelanggan lain yg blanja walaupun tdk nongkrong…
        2. Akses seperti lahan parkir buat senyaman mungkin… rata2 org yg akan singgah karna nyaman nya area parkir..
        3. Buat promo dan voucher diskon yg menarik..
        4. Ramah melayani..tdk bisa di pungkiri.pelanggan rata2 suka di layani dgn ramah dan santun…
        5. Buat toko rapi dan sebersih mungkin..

        • EviJuni Yanti
          Posted at 16:31h, 21 Agustus Balas

          Tambahan suhu….agar pelanggan blanja banyak… sediakan produk sesuai kebutuhan rata2 pelanggan daerah sekitar…

          • Suhu Wan MH
            Posted at 20:27h, 21 Agustus

            Apakah boleh saya simpulkan yang dimaksud Non Evi adalah gabungan Sevel dengan Alfamart/Indomaret dari sisi untuk menarik agar orang banyak belanja?

  • Arif Firmansyah
    Posted at 20:44h, 20 Agustus Balas

    Dengan pertumbuhan yang kurang perhitungan (ekspansi terlalu cepat dengan dana pinjaman dan membuat pembayaran bunga dan pinjaman mengganggu arus kas perusahaan) LABA tidak bisa menutup biaya apalagi mereka banyak menyewa lokasi ditempat yang premium (sewa sangat mahal) Ditambah utang 7eleven ke bank cukup banyak,ke bank madiri saja mencapai 240 miliyar dan ada juga hutang ke bank lain yang lebih besar nilainya.Ahkirnya 7 eleven sekarng menjual aset berupa tanah dan bagunan untuk menyelesaikan kredit macet ini.

  • Sopian jaya sakana
    Posted at 20:56h, 20 Agustus Balas

    Nanti mikir lagi suhu. Kayanya jawaban ssya Sudah ada semua di komen komen sebelumnya,
    Tapi sbenrnya yang jadi pertanyaan saya. Kenapa sevel tidak banyak masuk daerah penyangga yah, sperti di bekasi, ssngat jarang seve, atau mungkin tidak ada yah.
    Mungkin kah itu jadi salah satu faktor kebangkrutan, hehe

    • Suhu Wan MH
      Posted at 05:33h, 21 Agustus Balas

      Apa alasan Bang Sopian menyarankan lokasi sevel harus di daerah penyangga? Apa kesalahan dengan lokasi yang dipilih saat ini?

  • Ahmad Yani
    Posted at 21:56h, 20 Agustus Balas

    Betul GURU. Kompetitor hadir bukan semata untuk dikembangkan tapi ada juga untuk tugas membunuh lawan. Beberapa berhasil. Beberapa yg lain gagal. Mis kasus sampo 2 in 1 Dimension dari Unilever yg gagal menghadang masuknya head n shoulder dari P n G di Indonesia.

    Tapi faktor paling penting adalah Cash Flow yg memburuk akibat tingginya pengeluaran dibanding pemasukan yg signifikan turun pasca larangan menjual minuman beralkohol. Kayak saya juga guru hehehehe. Saya kegedean angsuran hutang saat income turun drastis karena persaingan tak terduga dibisnis lain.

  • Didit Hartadi
    Posted at 00:07h, 21 Agustus Balas

    Penyebab bangkrutnya Sevel a/l :
    1. Cashflow yang buruk
    Dengan membuka beberapa cabang (total +-200) outlet dalam waktu yang begitu singkat berakibat membengkaknya beaya operasional (sewa tempat, operasional adm, beaya listrik dll) yg tidak bisa di cover dari profit outlet tersebut.
    2. ITO
    Karena dengan konsep mengkombinasikan bisnis ritel dan semi restoran (cafe) yg tidak di dukung dengan penguasaan ITO, berdampak banyak stok barang yg slow moving kelebihan stok sedangkan yg fast moving kekurangan stok.
    3. Regulasi
    Dengan adanya peraturan pemerintah yg melarang berjualan minuman alkohol (minol) di Sevel, otomatis menjadi salah satu faktor penyebab bangkrutnya outlet tersebut. Karena minol termasuk produk andalan dan fast moving yg bisa memberikan omset sekitar 15%.
    4. Salah Konsep Pelayanan
    Dengan berani memberikan pelayanan lebih (free wi-fi) 24jam nonstop, dijadikan tempat nongkrong para kawula muda, tanpa ada perhitungan yang matang membuat hal ini dimanfaatkan oleh masyatakat di sekitar outlet2nya. Dengan asumsi margin yang kecil tapi beaya tinggi akan sangat riskan untuk bisnis. Contoh kasus: orang cuma datang le Sevel beli Air mineral botol seharga 5 ribu tapi nongkrong di situ bisa sampai 2-3jam bahkan lebih hanya untuk memanfaatkan layanan free wifi.
    Kira2 itu suhu wan pendapat saya tentang faktor2 penyebab bangkrutnya Sevel.

    • Suhu Wan MH
      Posted at 05:31h, 21 Agustus Balas

      Cukup komplit jawabanya, pertanyaan saya jika sebuah minimarket namun sekaligus juga menjadi tempat tongkrongan bagaimana konsep yang bagus sehingga tidak terulang kesalahan yang terjadi di sevel?

  • Didit Hartadi
    Posted at 08:02h, 21 Agustus Balas

    Boleh kita menerapkan minimarket dengqn konsep tongkrongan, paling tidak kita bisa perhitungkan brp profit yg bisa kita ambil utk mengcover biaya2 yg keluar akibat dari tongkrongan tsb.
    Contoh, kita bisa jual air mineral yg umumnya hrga 5 ribu mnjdi 10rb, dsb.

    • Suhu Wan MH
      Posted at 08:28h, 22 Agustus Balas

      Sip Bang Didit

  • Fardiansah Noor
    Posted at 10:17h, 21 Agustus Balas

    KOMBINASI dari beberapa Faktor penyebabnya:

    1. Biaya Produksi

    A. Biaya sewa tempat tinggi karena berada di kawasan premium. Karena Biaya Sewa Tinggi maka ada target omset tertentu yang harus dipenuhi, sehingga margin barang cenderung tinggi. Belum lagi Sevel buka 24 jam, beban listrik dan karyawan pasti besar.

    B. Target Konsumen tidak sesuai dengan target omset yang harus dipenuhi. Karena biaya sewa tempat tinggi, harapannya ada BANYAK konsumen yang membeli BANYAK item barang per sekali belanja atau minimal BANYAK melakukan repeat order. Tapi Sevel kebanyakan didaerah mahal dekat kampus. Terlihat bahwa target konsumennya adalah mayoritas pelajar. Sedangkan pelajar/mahasiswa uang jajannya terbatas. Mereka datang ke Sevel hanya untuk memanfaatkan tempat nongkrong yang asyik, wifi gratis, tapi dengan sedikit belanja. Istilahnya target omset per kedatangan konsumen tidak tercapai, walaupun mungkin target jumlah konsumen yang hadir tercapai.

    C. Jenis Item yang Dijual
    Item yang dijual juga kebanyakan kelas premium yang tidak terjangkau oleh target konsumen. Plus ditambah margin besar. Konsumen semakin selektif.

    2. REPEAT ORDER dan Penciptaan Keramaian

    A. Tidak banyak yang Antre.
    Saya melihat karena Sevel didesain sebagai tempat kongkow, maka target keramaian yang ingin dicapai jadi berbanding terbalik dengan pencapaian omset. Keramaian memang tercapai, kursi yang disediakan full terisi, tapi target omset tidak tercapai. Konsumen hanya beli sedikit sesuai kebutuhan saja, tapi kongkownya bisa berjam-jam lamanya. Konsumen yang target utamanya ingin kongkow, tidak jadi membeli ketika melihat tempat kongkow sudah penuh.
    Promo Pembelian Cash N Away kurang menciptakan antrean pembelian, karena hanya fokus pada menciptakan keramaian.

    B. Jemput bola
    Saya juga melihat tidak ada karyawan yang khusus jemput bola menawarkan pembelian minuman atau makanan kembali, ketika peserta kongkow sudah kehabisan minuman atau makanan. Padahal ini penting sebagai sumber pertumbuhan omset. Konsumen boleh Kongkow lama, tapi kalo snack atau minum konsumen sudah habis harus segera ditawarkan untuk melakukan pembelian lagi.

    C. ITO Lama
    Saya menilai rata-rata ITO produk yang dipajang di Sevel mungkin bisa lebih dari 14 hari … padahal untuk bisa menghasilkan total omset yang besar, seharusnya penjualan berfokus pada penciptaan ITO yang kurang dari 14 hari … kalau perlu kurang dari 7 hari.

    Sementara sekian.

    • Suhu Wan MH
      Posted at 12:43h, 21 Agustus Balas

      Cukup lenkap Bang Fardiansah, bagaimana dengan dari sisi cash flownya?

  • Wakhyu
    Posted at 13:14h, 21 Agustus Balas

    Salah satu alasan sevel tutup karena konsep bisnis yang kurang tepat. Tempat premium di tengah kota dengan harga sewa yang tinggi tidak diimbangi dengan pendapatan yang memadai karena rata-rata konsumennya merupakan anak muda yang lebih banyak duduknya daripada belanjanya…

    • Suhu Wan MH
      Posted at 13:59h, 21 Agustus Balas

      Apa lagi penyebab yang lain Bang Wakhyu?

  • Imam Hanafi
    Posted at 13:21h, 21 Agustus Balas

    Menurut saya, bangkrutnya sevel karena perusahaan induknya ingin fokus dibidang lain dan disaat bersamaan sevel terpilih di drop dari core bisnisnya. Perusahaan induk memandang dengan menghentikan sevel beban urusan menjadi berkurang dan akan lebih fokus dibidang yg dipilih untuk dikembangkan. Dalam bisnis, pilihan untuk fokus dengan mengorbankan lini usaha lain yang cenderung kurang kompetitif baik secara eksternal (dengan kompetitor lain) maupun internal (dibanding lini lain) adalah wajar.

    • Suhu Wan MH
      Posted at 13:58h, 21 Agustus Balas

      Kenapa Sevel dianggap kurang kompetitif sehingga sampai dihentikan oleh perusahaan induknya Bang?

      • imam hanafi
        Posted at 16:07h, 21 Agustus Balas

        Kurang kompetitifnya dilihat pada 2 hal suhu,
        secara eksternal konsepnya memadukan antara ritel dengan layanan cepat saji terbatas. dari sini saja kelihatan kalau bidikan konsumennya tidak fokus, padahal biaya untuk support konsep ini besar dan hasilnya tidak bisa menutupi biaya operasional (sewa yang mahal, fasilitas wifi, dll)

        Kurang kompetitif secara internal bahwa berdasarkan data internal induknya, pemasukan terbesar PT. Modern Internasional sebagai induknya justru bukan dari sevel, namun bidang lain, sehingga untuk efisiensi dan mengurangi kerugian terus menerus, langkah drop sevel jadi pilihan.

        • Suhu Wan MH
          Posted at 08:54h, 22 Agustus Balas

          Iya Bang Imam, sevel di negara asalnya dan negara lain berbeda konsepnya dengan sevel di Indonesia

  • Muhammad Alamudi
    Posted at 14:20h, 21 Agustus Balas

    Izin ikut kuis ya Pak wan,
    Dalam bisnis ada alat analisa kondisi bisnis yg bernama PESTLE Analysis. Pestle sendiri singkatan dari (Politic, Economic, Social, Technology, Legal dan Environment). singkatan ini mengacu pada faktor-faktor eksternal yg dapat mempengaruhi jalannya aktivitas bisnis. Bila melihat bangkrutnya Sevel 7, saya melihat faktor Legal atau aturan pemerintah memberikan dampak yang paling besar terhadap penurunan omset SE, yaitu sejak keluarnya Permendag No.6 tahun 2015 yang melarang peredaran Minuman Beralkohol di Convenience Store termasuk SE.
    Namun bila mengacu pada konsep bisnis retail yg disampaikan Pak Wan mengenai cara meledakkan omset, terlihat pondasi sumber pendapatan (Revenue Stream) sangat bertumpu pada minol, dan produk lainnya terlihat hanya sebagai pelengkap (complemet) yang akan ikut turun penjualannya ketika produk utamanya (minol) tidak tersedia lagi. Sehingga ketika minol tidak boleh dijual lagi, drop lah omset SE yg berdampak pada berkurangnya cash flow utk menutupi opex (operational expenses) bisnisnya.
    Ada ungkapan bagus yg pernah saya dapatkan mengenai pengaruh Profit dan Cash Flow.

    Profit is the King, but Cash flow is the Queen,
    A Queen still can live without a King, but A King absolutely cannot live without a Queen,

    sederhananya, Bisnis masih bisa hidup walau tanpa profit selama masih ada Cash Flow yg dapat digunakan utk menutupi biaya2 operasionalnya, tapi sebaliknya Bisnis walau memiliki profit tapi tidak memiliki Cashflow pasti cepat atau lambat akan Bangkrut.

    • Suhu Wan MH
      Posted at 08:39h, 22 Agustus Balas

      Profit is the king, cash flow is the king kong

  • Adjib Mada
    Posted at 20:15h, 21 Agustus Balas

    Coba menjawab Kuis Ritel: Mengapa Usaha Sevel Bangkrut?

    Sebab umum yang terjadi pada sebuah kebangkrutan usaha adalah ketika cash flow mulai terganggu, tidak lancar dan akhirnya cash flow tidak bisa jalan (macet atau berhenti) yang menyebabkan berhentinya aktifitas usaha. Cash flow dalam usaha ibaratnya adalah darah dalam tubuh. Jika cash flow macet sama artinya dengan darah yang berhenti. Berarti kematian (kebangkrutan) usaha telah terjadi.

    1. Apakah karena sevel tumbuh terlalu cepat?
    Perusahaan sebesar Sevel saya yakin sudah mengukur kekuatan untuk tumbuh dan berkembang.. Terbukti awal pendirian sampai 2014 masih menunjukkan tren positif baik dalam bertumbuh maupun dalam dalam hal laba.

    2. Lokasi yang kurang tepat?
    Sevel sebagai perusahaan multinasional saya yakin sudah melakukan study mendalam dalam hal memilih lokasi yang tepat. Artinya tidak mungkin sevel akan sembarangan menentukan lokasi usaha tanpa melakukan research. Salah satu bukti keberhasilan Sevel dalam menentukan lokasi adalah hampir semua gerai sevel ramai.

    3. Apakah sevel tidak pernah laba dan selalu rugi?
    Dari awal pendirian samapi tahun 2015 sevel merupakan salah satu minimarket dengan pertumbuhan usaha yang cukup bagus, hal itu mmengindikasikan bahwa sevel tentu juga untung atau laba. Rugi mulai terjadi pada tahun 2015 dan berakhir bangkrut pada tahun 2017.

    4. Apakah karena ITO dan pemilihan produk yang kurang tepat?
    Dengan merujuk pertumbuhan usaha yang meyakinkan dari tahun 2009 samapai dengan tahun 2015 berarti secara umum pemilihan produk sevel sudah bisa dikatakan tepat. Hanya pada tahun 2015 sd tahun 2017 karena peraturan pemerintah yang melarang jualan salah satu produk utamanya yaitu minol (minuman beralkohol), sevel kemudian terganggu dan terdampak..

    5. Karena peraturan pemerintahkah?
    Mungkin keluarnya peraturan pemerintah tentang pelarangan jual minol (salah satu produk utamanya) pada tahun 2015, bisa dijadikan alasan sevel menjadi rugi dan akhirnya bangkrut? Saya rasa sebagai sebuah perusahaan, juga kurang bijak menyalahkan pemerintah secara sepihak karena pelarangan itu, walalaupun itu juga merupakan salah satu sebabnya.

    Lalu apa yang menyebabkan usaha Sevel bangkrut?

    Tahun 2009 sd tahun 2014 seakan menjawab bahwa apa yang sudah dilakukan sevel adalah sudah benar on the track, terbukti omset dan pertumbuhan sevel yang positif. Baru pada tahun 2015 sevel mulai terpukul saat keluarnya pelarangan produk minol untuk minimarket yang merupakan salah satu produk utama yang menyumbang untung besar bagi Sevel. Dampaknya sevel mulai mengalami kerugian. Sevel juga tidak tinggal diam dalam menanggulangi kondisi ini, seperti usahanya menutup 20 gerai miliknya dan mungkin juga sudah berupaya cari suntikan dana. Akan tetapi rugi terus mendera yang menyebabkan cash flow semakin terganggu dan akhirnya bangkrutpada tahun 2017. Belajar dari kebangkrutan Sevel yang dimulai dari tahun 2015 dengan omset menurun diiringi laba menurun dan akhirnya rugi adalah kurangnya sevel untuk antisipasi terhadap peraturan pemerintah tahun 2015 tentang pelarangan penjualan minol di minimarket serta kurang cepatnya sevel melakukan penyesuaian terhadap iklim ekonomi yang ada (peraturan pemerintah pelarangan minol). Jikalau saat itu sevel bergerak cepat melakukan penyesuaian dan antisipasi lebih lanjut semisal dengan langkah-langkah:

    1. melebarkan sayap ke daerah penyangga dan mengurangi gerai di daerah premium, hal ini dilakukan untuk mengurangi beban sewa dan beban2 kelas premium (penyebab kerugian besar pasak daripada tiang).
    2. memperbanyak buka minimarket di daerah penyangga (non premium) sekaligus menyesuaikan produk yang cocok untuk daerah penyangga sebagaimana Indo Alfa.
    3. memindah sebagian gerai ke lokasi premium yang mendukung dan cocok (tidak melarang) produk minol semisal ke Bali atau daerah2 premium lainnya yang mendukung

    Mungkin saja kebangkrutan Sevel bisa dihindarkan..

    Demikian jawaban dan analisa saya suhu.. tentu sangat subjektif sesuai dengan kacamata pengetahuan saya pribadi yang terbatas. Salam 5 jari.. AMRI !!

    • Suhu Wan MH
      Posted at 08:37h, 22 Agustus Balas

      Jawaban yang lengkap dan disertai analisa dan saran yang menarik sebagai pembelajaran Bang Adjib

  • Nasim
    Posted at 21:20h, 21 Agustus Balas

    Menurut saya kenapa sevel itu bangkrut :
    1 sevel ini produk luar negri, seharusnya sevel sebelum buka di indonesia harus menganalisa pangsa pasar n budaya dinegara kita.
    Pangsa pasar : siapa aja yg akan disasar atas sevel ini , mulai dari tingkat penghasilan bawah,menengah,dan atau atas, serta tingkat umur anak2, remaja,dan atau dewasa.
    Budaya : ini sangat penting untuk dianalisa karena dengan mengetahui budaya kita , pihak sevel dapat mempunyai positioning bahwa klu buka di negara kita positioning seperti ini, klu di negara A seperti itu..
    Saya ambil contoh : karena di JKT ( ditpt yg strategis)jarang sekali ada tempat yg bisa buat nongkrong dgn gratis/ murih (sangat murah), biasanya kebiasaan kita terutama remaja klu nongkrong waktunya bisa lama, disaat sevel muncul, dengan fasilitas yg lengkap termasuk WiFi, tanpa ada prasyarat , dgn beli minuman 5 rebu( atau g beli asal temen nongkrong sudah beli) sudah cukup bisa berjam2. Beda sama diluar negeri tpt asal sevel, itulah Budaya. …..
    ( Dr analisa2 rekan2 diatas sudah banyak solusi yg luar biasa )

    2. Masalah inovasi
    Klu kita liat dgn produk yg ditawarkan di sevel itu itu aja. Tidak ada inovasi yg bisa menarik pembeli.
    3. Masalah cost
    Menurut saya ini juga penyebabnya
    4. Maslaah pelarangan penjualan miras,
    Menurut tukang parkir sevel sebelum ada pelarangan miras, pelanggan yg nongkrong dr jam7 malem sampai dinihari sngt banyak, semenjak pelarangan pelanggan turun drastis. Krn kebanyakan orang klu beli miras lebih enak diminum di tpt seperti sevel, dr pd beli di tpt lain yg g ada tpt nongkrong nya

    Demikian sedikit analisa dari saya.
    Terima kasih

    • Suhu Wan MH
      Posted at 08:34h, 22 Agustus Balas

      Untuk yang nomor 1, justru konsep yang diusung Sevel di Indonesia yang “seperti cafe” tidak dilakukan di negara asalnya atau negara lain

  • Nasim
    Posted at 10:12h, 22 Agustus Balas

    menurut Pendapat saya , Pak wan
    justru posisi Sevel di area abu abu,, apakah sebagai cafe atau minimarket. jika dia memposisikan sebagai kafe maka sevel harus menjual dengan harga diatas minimarket karena sebagai imbalan atas tempat nongkrong tersebut dan pelayanannya juga selayaknya seperti cafe. klau memposisikan seperti minimarket maka sistemnya juga bersaing seperti minimarket al**mart dll.
    Sepengetahuan saya dari segi peraturan pendapatan Pajak, juga membingungkan, (tarik menarik antara pajak pemda dgn Nasional ) —- jika posisinya sebagai cafe, pajak yang dikenakan pajak daerah (Pb1), jika posisinya minimarket maka pajak yang dikenakan pajak negara ( PPn)
    demikian pendapat saya pak wan.. mohon diluruskan jika ada pendapat/ informasi yang lebih valid
    terima kasih Pak wan

  • Muklis syofian
    Posted at 11:13h, 22 Agustus Balas

    Assalamualaikum, cb jawab suhu,
    Saya tidak terlalu kenal sevel, tp pernah lihat, krn di kota saya (pekanbaru) sevel belum ada. Dari berita dan artikel yg saya, bbrp faktor yg menyebabkan sevel tutup :
    1. Lokasi yang premium (sewa mahal), dgn penggabungan konsep minimarket dgn resto, target market anak2 muda yg kebanyakan nongkrong dr pada belanja, dan nongkrongnya pun lama. Sehingga menjadi high cost low impact.
    2. Tidak ada titik temu antara pengelola dgn investor sehingga investor batal menginvestasikan modal nya ke sevel.
    3. Dari yang saya baca, harga produk di sevel lebih tinggi dr kompetitor sejenis seperti Alfa dan indo, sehingga sevel di tinggal oleh konsumen.
    4. Adanya deregulasi pemerintah yg membuat sevel tidak bisa berkreasi utk usahanya.
    Itu yang saya dengar dan baca berita nya suhu. Terimakasih.

  • PeeS
    Posted at 14:30h, 22 Agustus Balas

    menurut saya faktor utama yang menyebabkan 7-Eleven bangkrut adalah karena 7-Eleven tidak segera bereaksi terhadap perubahan yang terjadi, baik itu dari sisi regulasi maupun pasar yang tidak tepat bagi model bisnis yang dijalankan. Bahwa cashflow menjadi ukuran bertumbuh tidaknya sebuah bisnis memang itu standar, Namun dalam kasus 7-eleven sepertinya manajemen perusahaan hanya memilih bertahan dan menunggu waktu kebangkrutan. Bagaimana tidak, semenjak catatan omset menurun Tahun 2015 seharusnya banyak opsi bagi manajemen untuk mengambil langkah kebijakan yang bisa dilakukan sampai dengan sebelum kebangkrutannya Tahun 2017, dengan memperbaiki kinerja perusahaannya melalui usaha peningkatan omset yang lebih baik dibanding sebelumnya, Usaha yang dilakukan misalnya dengan merubah layanan, produk, ataupun promosi, tetapi langkah-langkah strategis yang diharapkan ternyata tidak terjadi. Sehingga saya berpikir apa yang dilakukan manajemen 7-Eleven hanyalah menggali kuburnya sendiri alias menunggu waktu kebangkrutannya. Begitupun opsi menjual kepada PT Charoen Pokphand Restu Indonesia yang ternyata tidak mendapat sambutan positif, selain tidak mencapai titik temu terhadap nilai transaksi tentu lebih banyak dipengaruhi oleh kinerja perusahaan yang tidak lagi prospektif. Jadi apa yang terjadi pada 7-Eleven adalah suatu kesengajaan yang dilakukan manajemen perusahaan untuk mengakhiri keberadaannya di Indonesia.

  • Luqman Amirudin syarif
    Posted at 19:36h, 23 Agustus Balas

    Menurut saya penuebabnya adalah adanya ketidaktepatan pengelolaan (miss-management) yang dilakukan oleh pengelola terutama dalam hal keuangan korporasi. Ketidaktepatan pengelolaan keuangan ini membuat sirkulasi keuangan menjadi tidak sehat, sehingga berujung pada keputusan untuk menutup usaha.

  • Tri Anggono
    Posted at 21:58h, 23 Agustus Balas

    PERTANYAAN KUIS RITEL: Apa yang menyebabkan usaha Sevel yang awalnya tumbuh dengan sangat bagus, terutama dari tahun 2011 sampai 2014 bisa mengalami kebangkrutan?

    JAWAB
    Sevel merupakan usaha ritel yang sekaligus juga tempat kuliner, menyediakan tempat untuk makan dan minum yang tentunya berpengaruh terhadap biaya sewa tempat, terlebih lagi di daerah yang premium dengan biaya sewa yang tinggi bahkan mungkin biaya sewa berdasarkan luas lahan yang ditempati. Misalkan Sevel menyediakan area untuk makan/minum seluar 3 x 3 meter, dengan biaya sewa 500 ribu/m2, berapa biaya tetap yang harus dikeluarkan setiap bulan hanya untuk memfasilitasi untuk makan/minum, yang pada akhirnya hanya digunakan/dimanfaatkan untuk nongkrong ?
    Dengan jumlah variasi produk yang dijual, kurang lebih sama dengan Alfamart atau Indomart, sudah bisa dihitung/diperkirakan berapa omset yang akan diperoleh.
    Menurut saya tidaklah tepat menjadikan usaha ritel plus kuliner seperti Sevel, berada di area premium, mengapa? Karena banyak sekali orang yang memanfaatkan tempat tersebut hanya untuk ngobrol, nongkrong dari sejak buka hingga toko tutup dengan modal hanya membeli teh kotak 5 buah (cemilan dan makanan yang lainnya biasanya beli di tempat lain yang lebih murah, pengalaman saya juga hehe..)

    Kalau ingin menerapkan konsep usaha ritel dan kuliner sekaligus, lebih tepat di area yang sudah bisa dipastikan orang tidak akan berlama lama berada di tempat tersebut, misalkan bukanya di rest area (sepanjang jalan tol luar kota) atau di SPBU seperti di Tegal yang dapat penghargaan MURI sebagai SPBU dengan toilet terbanyak dan terbersih, pengunjung tidak akan berlama2-lama berada di tempat tersebut, karena mereka semua hanya sekedar istirahat sebentar, kalau toh mau rebahan tidur dikenakan lagi tarif sewa tempat tidur nya per jam hehe..

    Saat Sevel buka, ini merupakan konsep bisnis yang baru, yang memadukan antara ritel dan kuliner dalam satu tempat/area. Sudah pasti hal yang baru biasanya menjadi tren, ditambah lagi Sevel mengesankan tempat nongkrong yang prestise dengan keberadaanya di area premium.
    Dari tahun 2009 s/d 2011 dalam kurun waktu 24 bulan, Sevel berhasil membuka sebanyak 50 outlet, berarti rata-rata 2 (dua) outlet dibuka per bulan. Dilanjutkan lagi dengan penambahan outlet secara besar-besaran dalam kurun waktu 36 bulan (tahun 2011 s/d 2014) sebanyak hampir 4 outlet dibuka setiap bulan. Keberhasilan menaikan omset hingga tahun 2014 ternyata tidak diimbangi dengan inovasi yang bisa mengikuti perkembangan zaman. Saat omset turun, mestinya segera evaluasi besar-besaran, identifikasi biaya besar yang dikeluarkan dihubungkan dengan jumlah varian produk yang ada. Karena ditutupnya atau matinya suatu usaha pasti mempunyai tanda-tanda yang bisa dilihat, terutama dari omset yang diperoleh.

  • Abdul Rohman
    Posted at 12:58h, 26 Agustus Balas

    Pemerintah tidak mengizinkan menjadi waralaba minimarket, krn untuk menjadi waralaba minimarket harus orang lokal

  • Ivan Dipa
    Posted at 16:38h, 26 Agustus Balas

    Kegagalan sevel ini merupakan efek domino dari berbagai kesalahan tata kelola dan strategi perusahan.

    1.Pertumbuhan Gerai
    Sejak awal sevel terlalu fokus pada pertumbuhan gerai baru. Karena menyasar pasar kaum milenial dan kaum kerah putih, mengharuskan sevel membuka gerai di lokasi premium. Yang otomatis membutuhkan biaya investasi yang sangat besar. Bisa dikatakan sebagian besar cash flow perusahan tersedot ke strategi pertumbuhan ini.

    2.Model bisnis
    Model bisnis sevel masih sulit diterima pasar di Indonesia. yaitu menggabungkan ritel dan juga restoran. Walau target market nya kalangan menengah ke atas, tapi faktanya lebih banyak kalangan menengah kebawah yang menyambangi gerai sevel.
    Dari sisi produk ritel akan dirasa mahal oleh mayoritas pengunjung sevel, dibanding minimarket yang murni jualan produk ritel. Sementara dari produk kuliner, baik rasa dan harga masih kalah dengan resto fast food populer bahkan dibanding dengan kuliner kelas kaki lima. Pada akhirnya para pengunjung hanya senang nongkrong tapi tidak tertarik untuk belanja.
    Hal ini menyebabkan omset setiap gerai sevel tidak sesuai target yang diharapkan, Otomatis profit pun akan negatif.

    Dalam ilmu bisnis Profit is King, dan Cash is Queen. Dan keduanya tidak dimiliki sevel.
    Profit yang merupakan sumber darah segar bagi kelangsungan bisnis tidak tercapai karena omset tidak tercapai sementara cost-nya sangat tinggi.
    Sedangkan suntikan cash yang harus nya bisa digunakan untuk hal produktif, dengan melakukan perbaikan atau inovasi agar omset bisa tergerek naik, malah tergerus oleh kebijakan pembukaan gerai baru yang terus dilakukan.

  • Endro A
    Posted at 17:00h, 26 Agustus Balas

    Coba menjawab. Sya fokus pada usaha 7eleven dengan asumsi 7eleven berdiri sendiri tanpa dukungan grup/kelompok usaha yang lebih besar.
    Sebab-sebab 7eleven “BANGKRUT” menurut saya yang awam dalam bisnis:.

    1. Terlalu agresif dalam pembukaan cabang baru
    Nampak dari luar pertumbuhan 7eleven sangat cepat dan tampak WOW.
    Saya lebih cenderung dengan efek bola salju.
    Diawali dari yang kecil, melalui proses pembelajaran dan persiapan dari segala lini (terutama SDM).
    Maka seiring dengan pertumbuhan bisnis yg semakin besar dan didukung pula dengan kesiapan dari segala lini (dari hasil pembelajaran saat bisnis berjalan) yang mendukung kinerja bisnis, maka perusahaan akan lebih siap menghadapi perubahan trend pasar dan persaingan dari perusahaan lain.

    2. Hubungan Pemilihan lokasi dan pasar yang dibidik kurang pas
    Karena lokasi di kawasan elit maka hampir dapat dipastikan biaya operasional juga tinggi.
    Target pasar yang dibidik adalah kalangan anak muda dan pekerja yang suka nongkrong. Namun jumlah dari target pasar yang dibidik sangat kecil.
    Jika melihat dari prosentasenya,
    – prosentase anak muda pekerja yang suka nongkrong lebih kecil dari anak muda pekerja.
    – prosentase anak muda pekerja lebih kecil dari anak muda.
    Jadi jelas prosentasenya kecil yang berakibat pemasukan tidak bisa menutupi biaya operasional yang tinggi. Kecuali harga jual dinaikkan dengan resiko berkurangny pelanggan.

    3. Buka 24 jam
    Mungkin karena target pasar adalah anak muda, anak nongkrong dengan berbagai gaya hidupnya, 7eleven buka 24 jam.
    Kalo hemat saya lebih baik buka saat peak time saja.
    Maka biaya operasional bisa diminimalisir dengan hasil yang maksimal.

    4. Penyajian makanan segar
    Daya tahan bahan baku sangat terbatas yang berakibat perputaran order bahan baku sangat cepat.
    Perputaran order bahan baku yang cepat tentunya biaya yang dikeluarkan juga bertambah terutama biaya distribusi.
    Perputaran order bahan baku bisa diperlambat dengan penambahan mesin pendingin untuk mengawetkan bahan baku dengan konseksuensi penambahan biaya operasional.

    Terimakasih

  • Fajar Artadi
    Posted at 00:31h, 27 Agustus Balas

    Mohon izin menjawab suhu Wan …

    Beberapa catatan tentang kebangkrutan sevel :

    1. Kurangnya tepatnya konsep bisnis dan segmen pasar yang berbeda dengan sevel induknya, dimana pemilihan segmen pasar anak muda tidak dibarengi dengan strategi penetapan produk dan harga yang tepat
    2. Ketidakmampuan memaksimalkan traffic kunjungan yang tinggi untuk terjadinya cross selling yang maksimal
    3. Biaya operasional yang tinggi tidak dibarengi dengan margin penjualan yang tinggi
    4. Jumlah variasi item barang (assortment) yang terlalu sedikit/tidak memenuhi kebutuhan mengakibatkan lost opportunity penjualan
    5. Kurang memperhatikan ketersediaan barang terdisplay di rak
    6. Kurang memperhatikan pelayanan pelanggan di segala sisi, baik pelanggan eksternal maupun internal
    7. Kurang memperhatikan rasio CAR, CUR, DAR, DER di saat ekspansi bisnis karena merasa punya dana yang kuat

  • Sy edi dari tadi nama panjangnya supriadi
    Posted at 05:26h, 27 Agustus Balas

    Jagoan jagoan amri sudah pada jawab dan saya yang baru lahir di amri pengen jawab juga…
    Bisa ga ya?…
    Tapi coba deh.
    Kan di dalam rahim sudah disuapin asupan cukup untuk lahir.

    Jawaban bukan analisa sih…
    Sevel bangkrut karena sahamnya di jual banyak ke om charoen charoen gituh deh (blm ketemu jd blum kenal jelas namanya).

    Iya di jual. Dijual buat nutupin pengeluaaran yang sangat besar di bandingkan dengan pendapatan (sale) dari dagangan utama sevel kuliner (makanan berat) terus berkurang.

    Iya berkurang.
    Kan sale nya yang berkurang bukan yang berkunjungnya. Dan yg berkunjung ke sevel pun sekarang niatnya udah ganti “Allah huma manfaat keun internet yang terkonek di sevel karena butuh”
    Tuh kan. Mereka yang datang ke sevel bukan lagi butuh makan tapi JARINGAN INTERNET.

    Kan jualan utama sevel sekarang mah tak kalah saing sama 5 pel (kaki lima).
    Lagian JARINGAN INTERNET sekarang mah ada di genggaman. ALIAS gejet. Jadi beli nasgor bisa di kaki lima. Gitu. Internet nya tetap bisa jalan.

    Iya di kaki lima.
    Pola konsumse orang indonesia sekarang sudah beda. Dulu mah gengsi gengsian mau makan aja tuh. Sekarang yang penting isian (makan) internet jalan (wefian dan selfian).

    Simpul saya.
    Bangkrut karena perubahan prilaku konsumen yang tidak segera di ikuti oleh sevel membuat penjualan nya menurun di setiap gerai nya sehingga sangat berpengaruh terhadap kelangsungan sevel.

  • Ropiudin Ropiudin
    Posted at 06:31h, 27 Agustus Balas

    menurut saya ada banyak faktor yang menyebabkan Sevel bangkrut Suhu, baik faktor eksternal maupun internal. faktor eksternal seperti mulai banyak pesaing besar yang mengikuti bisnis mirip Sevel contohnya Indomart Poin,Lawson,dll, masalah regulasi pemereintah, peraturan pelarangan minuman beralkohol yang menyumbang cukup banyak profit Sevel, dll . faktor internal kenapa sevel bisa bangkrut menurut saya kurangnya kontrol pembukaan cabang yang terlalu cepat apalagi lokasi yang dipilih lokasi yang premium, pembukaan food center sendiri,dll (meski saya yakin pihak sevel sudah memperhitungkannya sebelumnya), hal tersebut membuat beban sevel cukup berat ditambah lagi modal pembiayaan sevel melalui hutang dan terus berbunga daripada terus merugi lebih baik di cut loss saja.

  • Hermanto Iskandarmuda
    Posted at 19:09h, 27 Agustus Balas

    Seven eleven bangkrut karena beban biaya operasional lebih besar dari pemasukan, banyaknya pelanggan yg nongkrong tidak berbanding lurus dengan banyaknya pembelian (pemasukan buat sevel)

  • Beny Rajanya Promosi
    Posted at 20:23h, 27 Agustus Balas

    Kehadiran Seven Eleven pertamakali mengagetkan masyarakat Jakarta, karena menawarkan konsep yang berbeda dari mini market yang sudah ada sebelumnya yaitu circle k, indomaret dan alfa mart. Karena Sevel menawarkan meja dan kursi yang banyak untuk pelanggannya untuk bersantai, ngobrol bahkan untuk meeting sekalpun, bahkan Sevel juga memberikan fasilitas Cuma Cuma colokan listrik dan free wifi untyk memanjakana pelanggannya.
    Tidak hanya pada saat pembukaan, Sevel tutup pun menjadi perbincangan yang menarik bahkan sampai saat ini, bermula dari tanggal 22 Juni lalu, Direktur PT Modern Sevel Indonesia Chandra Wijaya mengumumkan penutupan seluruh gerai Sevel secara resmi. Mulai tanggal 30 Juni, tak satu pun gerai Sevel di Indonesia beroperasi. Padahal sebelumnya santer terdengar bahwa Perusahaan Thailand Charoen Pokphand
    akan membelinya

    “Hal ini disebabkan oleh keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh perseroan untuk menunjang kegiatan operasional gerai 7-Eleven,” ujar Chandra dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia. Penutupan tersebut menyusul gagalnya kesepakatan pembelian Sevel oleh PT Charoes Pokphand Restu Indonesia.

    Sevel sendiri lahir sebagai jawaban atas kelesuan yang terjadi di bisnis usaha Fuji Film Image yang dibawah naungan Modern Grup, tentu saja kita ingat bahwa FFI merupakan tempat andalan kita untuk membeli film untuk kamera dan juga untuk mencetak foto, entah foto keluarga , foto kawinan atau foto apapun.Berjalan dengan waktu perilaku konsumen berubah , konsumen tidak lagi mencetak foto mereka cukup menyimpannya di smart phone, atau memindahkannya di laptop atau komputer mereka, sehingga otomatis pendapatan perusahaan menurun drastis karena mulai dari menjual yang dibutuhkan masyarakat sampai ke tahap menjual yang sudah tidak dibutuhkan masyarakat. Smaam seperti era Pager yang langsung luluh lantak begitu kehadiran Hand Phone khususnya Nokia “sejuta umat”
    Modern Grup dengan anak usahanya PT Modern Sevel Indonesia. Menula gerai ferai FFI menjadi gerai Sevel, sehingga praktis mereka tidak perlu keluar modal lagi untuk pembukaan cabang cabang awal. Sevel pertama kali dibuka di Bulungan dan langsung menjadi hits bagi anak anak muda.
    Kenapa SEVEL tutup?
    Kalau menurut penjelasan resminya kurang lebih sebagai berikut :
    “Hal ini disebabkan oleh keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh perseroan untuk menunjang kegiatan operasional gerai 7-Eleven,” ujar Chandra dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia. Penutupan tersebut menyusul gagalnya kesepakatan pembelian Sevel oleh PT Charoes Pokphand Restu Indonesia.
    Kalau menuut hemat saya sevel tutup karena :
    Sudah pasti biaya lebh besar dari pemasukan,cash flownya berdarah darah, sehingga perusahan tidak punya pilihan selain harus close down…
    Pertanyaannya adalah kok bisa?
    Sevel yang begitu berjaya tahun 2009 Sevel hadir pertama kali diBulungan, langsung booming terus menerus buka toko baru sampai di tahun 2012 membuka toko nya yang ke 100, luar biasa dalam watu 3 tahun bisa melejit seperti itu, total Sevel diperkirakan mempunya1 180 toko dan itu hanya di Jakarta saja. Pendapatan bersihnya di 2013 778 milyard, 2014 971 milyar, 2015 turun menjadi 886 milyar#sumber dari tirto.od
    Kok bisa Sevel Tutup?
    Mungkin yah mungkin, berdasarkan pengalaman yang masih cetek dan juga baca sana baca sini, denger sana denger sini…
    Pertama karena tidak jelasnya posisinya SEVEL ini di market,
    Restoran kah? Atau mini market?
    Belum pernah ada yang menyandingkan bisnis resoran dengan minimarket selama ini, yang bisa hanya warteg , perpaduan makanan dengan rokok… tapi perpaduan makanan di tempat ber ac dengan colokan gratis dan free wifi dengan air mineral seharag 5rb plus cemilan seharga 5rb dan bisa berjam jam ? hanya Sevel yang mencobanya..Terbukti ampuh , rame tapi sedikit yang belanja.. jualannya jualan produk minimmarket tapi harganya premium, jadi tidak ada keunggulan dari produknya, keunggulannya hanya bisa nongkrong tapi distulah bomerang buat Sevel.
    Kalau mini maret yang lain jelas, mereka adalah mini market, customer beli dan langsung pergi..beli langsung pergi ..jadi omset sudah pasti lebih banyak.
    Selain itu Sevel sekarang persaingannya juga datang dari Family Mart, kalau di satu jalan ada sevel dan family mart, sevel kerasa kejomplang banget, kalah luas toko, kalah luas parkir, kalah segala galanya…
    Kedua, Taget nya jadi bias..
    Sebenernya siapakah target Sevel? Menengah ke bawah kah? Atau menengah keatas?
    Kalau menegah kebawah , sevel hadir di lokasi premium , tapi pengunjungnya kebanyakan anak sma, kuliahan yang nota bene uang jajannya tergantung orang tua masing masing
    Kalau menegah ke atas, sevel taggung, karena produk nya produk minimarket, jualan kopi juga kopi seduhan, beda banget ama Starbuck yang memang target nya adalah menengah keatas, sehingga konsumen rela beli kopi seharga 45rb, meskipun biasa aja rasanya, tapi kerasa keren karena minum kopi Starbuk, apalagi nongkrong disitu ..wuihhh serasa kaum the have …
    Ketiga, Cost Operational Tinggi, pemasukan ngga sesuai.
    Seperti yang disinggung diatas, sevel lokasi nya di premium area, sehingga costy nya pasti tinggi, sedangkan pengunjungnya rame tapi bertahan dengan kata lain pengunjungnya itu itu aja, otomastis jajannya terbatas. Beda dengan IDM atau Alfa yang memang murni minimarket, pengunjungnya dalam 1 jam bisa berganti ganti dengan cepat
    Cash Flownya mulai berdarah darah disini, biaya operational tidak tertutup dengan pemasukan.
    Selain ke 3 hal tersebut, sebelumny apihak manajemen Sevel menyatalan bahwa pelarangan minuman keras ikut andil dalam penurunan penjuaan Sevel, bisa iya bisa ngga…
    “Sebelum ada aturan tersebut, minuman alkohol memberikan kontribusi antara 8% hingga 12% dari total pendapatan. Artinya cukup signifikan, karena ketika mereka beli minuman beralkohol kan otomatis beli yang lain seperti kacang dan makanan lainnya,” ujar Tina Novitam Sekretaris Perusahaan, PT Modern Internasional Tbk, seperti dikutip dari Kontan.
    Tetapi peraturan itu kan dari April tahun 2015, menurut hemat saya seharusnya Sevel sudah harus melakukan inovasi untuk dapat menambal pemasukan yang berkurang tersebut, seperti mereka banting stir dari FIP menjadi Sevel, sayangnya antisipasi dan inovasi yang mungkin mereka telah lakukan tidak berakibat banyak sehingga penurunan pndapatan tidak hanya bisa ditambal tetapi malah berkurang terus…..
    Kesimpulan saya sebagai anak bawang dibisnis retai ini adalah, Sevel bangkrut karena manajemen tidak bisa mengelola cash flow yang baik, tidak jelasnya strategi positioning Sevel, margin yang tidak sesuai dengan apa yang mereka tawarkan, lokasi sevel yang mahal, …karena bagaimanapun Profit is a King, Cash Flow is a King Kong #WanMH
    Selamat tinggal Slurpee, minuman kesukaan anak saya..

  • Yanto Sakinah
    Posted at 21:07h, 27 Agustus Balas

    Maaf Suhu Wan baru menjawab semoga belum terlambat….
    Perusahaan sebesar Sevel bisa bangkrut adalah dikarenakan NEGATIVE CASHFLOW.
    Intinya kebangkrutan dalam bisnis adalah karena Kehabisan Darah / Cash Flow / Uang Tunai atau yang bisa ditunaikan saat itu. Bisa jadi perusahaan rugi, tapi jika bisa mengelola utang-piutang sehingga menghasilkan kas positif, maka perusahaan akan selamat. Sebaliknya, jika perusahaan dalam kondisi untung, tapi minus arus kas, maka perusahaan akan bangkrut.

    Penyebab-penyebab Kebrangkutan terbesar menurut hasil survei (Bang Jaya) :
    1. Rugi panjang; yang tak ditangani dengan cepat dan tegas !
    2. Laba Semu ; ketidakmelekan finansial
    3. Faktor orang lain; kepemimpinan yang rancu dan kepercayaan tanpa kontrol.
    4. Tak Terduga; optimisme berlebihan
    5. Teknisi Karatan; suka menepuk dada dan mengabaikan perubahan.
    6. Diri Sendiri; kesalahan kepada bumi dan langit
    7. Komplikasi; sekusut-kusutnya.

    Dalam Kasus Bangkrutnya Sevel ini bisa jadi merupakan gabungan dari beberapa faktor tersebut di atas. Misalnya menurunnya omset, margin yang tipis sedangkan biaya operasional perusahaan yang tinggi karena menyewa di tempat premium. Banyaknya kewajiban/utang yang jatuh tempo. Kurang antisipasi / mengabaikan perubahan peraturan (Antisipasi produk pengganti untuk produk utama/unggulan), karena suatu produk memiliki masa jaya yang akan lewat (misal karena adanya kebijakan pelarangan untuk produk tertentu seperti minuman keras, karena perubahan teknologi, dll.)

    Demikian jawaban dari saya.
    Terima kasih Suhu Wan.
    Salam 5 Jari AMRI !!

  • Reza Nasution
    Posted at 22:59h, 27 Agustus Balas

    Coba menjawab mengapa sevel bangkrut
    1. Beban biaya sewa lokasi yang tinggi dikarenakan luasnya lokasi karena juga menyediakan tempat area untuk nongkronh2 dan berada di lokasi2 premium yang pasti jauh lbh mahal.
    2. Omset turun drastis dikarenakan produk utama dari sevel yaitu minol sdh dilarang oleh pemerintah, sementara untuk produk lainnya harga lebih tinggi dibandingkan RJM lain
    3. Beban bunga bank yang besar dan cashflow yang sdh tidak seimbang karena omset yang merosot drastis
    4. Bisnis model yang sdh ditiru oleh para kompetitor sesama RJM, memawarkan produk dan kenyamanan nongkrong yang sama(selain minol yg sdh dilarang oleh pemerintah dan menjadi penyumbang omset terbesar sevel), dengan harga yang lebih murah
    5. Pembukaan cabang yang terlalu banyak dan terlalu cepat, berimbas pada cashflow yang tidak balance

    Demikian jawaban dari saya Suhu Wan, terima kasih
    -Reza Nasution-
    5.

  • Anangsujana
    Posted at 08:00h, 28 Agustus Balas

    Sevel terlalu pertumbuhannya terlalu cepat, dan salah satu produk minuman beralkohol yg margonnya tinggi dilarang dijual di indonesia….persaingan ritel ketika berhadapan dg raksasa alfamar dan indomar yg kuasai hulu hilir…..

    Tks

  • Anangsujana
    Posted at 16:21h, 28 Agustus Balas

    Perijinannya terganjal yg tdk
    Memungkinkan menjual produknya yg beralkohol….hutang lebih besar sehingga beban operasionalnya tdk ketutup

  • Cucu saepuloh
    Posted at 17:47h, 28 Agustus Balas

    Maaf Suhu Wan, saya baru bisa menjawab kuisnya…Apa yang menyebabkan usaha Sevel,yang awalnya pertumbuhannya bagus dari tahun 2011-2014,sampai mengalami kebangkrutan dengan menutup seluruh gerainya di Indonesia pada tgl 30 juni 2017?

    Jawab:

    Menurut pengamatan saya, penyebabnya adalah, ada kekeliruan dalam pengelolaan cash flow, karena tidak bisa menjaga dan mengontrol pertumbuhan dengan masifnya membuka gerai toko di tempat premium dan strategis,yang pada akhirnya rasio kas terhadap hutang lancar (CAR) menjadi negatif prosentasenya.

    Inilah sedikit catatan analisa keuangan dari data laporan keuangan sevel tahun 2014-2015,yang saya temukan dari
    Modern internasional anual report,yang sudah saya rangkum…

    DAR :2015 (48,42%),2014(43,83%)

    DER:2015(93,87%),2014(78,02%)

    CUR:2015(73,79%),2014(144,04%)

    CAR:2015(-26%),2014(-3%)

    Dari data diatas saja, sudah jelas kalau dilihat dari analisa CAR tahun 2015 saja rasionya sudah min 26 persen, padahal titik aman suatu bisnis, CAR nya berada di 150-200%…
    Jadi wajar saja di tahun 2017,sevel mengalami kebangkrutan karena sudah melewati dan melanggar batas titik aman.

    Semoga,teman-teman AMRI bisa belajar dan bercermin dari kebangkrutan dengan menjaga pengelolaan cash flow di bisnis kita masing-masing.

    Memang perlu upaya dan kesadaran untuk selalu waras bisa mengontrol diri,agar kita bisa seimbang dalam mengelola cash flow.

    Kurang lebihnya mohon maaf Suhu Wan… Salam lima jari AMRI

  • mwh
    Posted at 14:54h, 30 Agustus Balas

    Untuk menjawab pertanyaan tentang apa yang menjadi penyebab usaha Sevel mengalami kebangkrutan, terlebih dahulu kita perlu melihat data kondisi yang ada terkait Sevel seperti data yang sudah diuraikan Suhu Wan pada pengantar pertanyaan dan data tambahan mengenai rasio keuangan Sevel pada gambar tabel diatas.

    Pada pengantar Suhu Wan menunjukkan bahwa omset Sevel pada Tahun 2014 ada peningkatan sebesar 25% dibandingkan omset Tahun 2013, namun kemudian ini tidak terjadi pada Tahun 2015 dimana omset justru mengalami penurunan sebesar 8,7% dibandingkan Tahun 2014. Sedangkan dari jumlah outlet menunjukkan peningkatan jumlah dimana rata-rata Sevel menambah sekitar 40-50 outlet per tahun pada kurun waktu 3 tahun dari Tahun 2011 sampai dengan Tahun 2014, meski kemudian pada Tahun 2015 harus menutup 20 outletnya seiring penurunan omset yang terjadi.
    Bila melihat data Tabel 1 Peringkat Margin Laba Bersih (NPM), Sevel mengalami penurunan nilai margin laba bersih setiap tahunnya, dari 3,94% Tahun 2013 turun menjadi 2,71% Tahun 2014 hingga kemudian mencatatkan kerugian pada 2015 dengan NPM -4,46%. Yang menarik pada 2014 dimana Sevel memperoleh puncak omsetnya justru NPM-nya lebih kecil dibanding Tahun 2013. Hal ini mengindikasikan bahwa kenaikan pendapatan dari omset yang diperoleh lebih banyak terserap oleh komponen HPP dan beban biaya operasional. Kondisi ini jelas mempengaruhi rasio profitabilitas (kemampuan menghasilkan laba) yang cenderung rendah (tabel 4 Gabungan Peringkat ROA, ROE & ATO) dan ini menggambarkan bahwa aset maupun equity Sevel mempunyai kinerja yang kurang efektif untuk menghasilkan keuntungan sehingga menempatkannya diperingkat terakhir diantara 10 perusahaan lainnya yang sejenis.

    Sedangkan dari rasio likuiditas (kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek) Sevel juga menunjukkan kinerja yang buruk, nilai CAR Sevel (Tabel 3) yang dibawah 100% jelas tidak cukup menjamin hutang lancar yang kemungkinan jatuh tempo. kalaupun CAR dianggap terlalu sempit karena hanya memperhitungkan kas maupun setara kas sebagai penjamin hutang lancarnya, namun melihat CUR Sevel (Tabel 2) ternyata aktiva lancarnya pun kurang meyakinkan. Seandainya patokan aman CUR minimal 150% maka hanya pada 2013 Sevel masih mencatatkan CUR yang baik dengan 162,91%, lalu turun menjadi 144,04% Tahun 2014, dan semakin memburuk di Tahun 2015 dengan 73,79%.

    Dari data kondisi histori Sevel tersebut dapat disimpulkan bahwa Sevel mengalami kebangkrutan, antara lain disebabkan oleh:
    1. Pertumbuhan yang tidak terjaga, dimana Sevel melakukan ekspansi berlebihan dengan membuka rata-rata 40-50 outlet pertahun membuat Sevel terlalu fokus pada pertumbuhan yang justru menjadi bumerang karena likuiditas jadi kurang diperhatikan. Apalagi aset dan modal yang dimiliki tidak cukup efektif untuk menghasilkan keuntungan yang diharapkan. Pemilihan lokasi-lokasi premium juga turut menyumbang beban berlebih sehingga menghasilkan NPM yang rendah bahkan kemudian merugi.
    2. Berhenti melakukan inovasi yang bisa mengubah keadaan, dimana setelah adanya regulasi larangan minol yang merupakan produk yang memberikan kontribusi profit terbesarnya, Sevel tidak segera melakukan inovasi dengan memunculkan produk maupun layanan unggulan lainnya.
    3. Terlilit hutang, ini menjadi penyebab yang mematikan bagi sebuah bisnis seperti halnya yang dialami Sevel. Kinerja keuangan yang merugi, tidak ada inovasi produk yang diharapkan mampu memperbaiki omset, dan beban biaya yang terus membengkak, jelas ini membuat cashflow semakin melambat, sedangkan hutang jatuh tempo harus dibayarkan. Kondisi ini jelas memperparah keadaan sehingga akhirnya Sevel harus memutuskan menutup usahanya.

    Demikian ulasan saya mengenai penyebab Sevel mengalami kebangkrutan. Mohon koreksi Suhu Wan dan teman-teman AMRI semuanya ??

  • Fardi hidayat
    Posted at 19:19h, 30 Agustus Balas

    Coba menjawab kuis dari suhu wan mh.
    Penyebab seven 7 bangkrut:
    1.buruknya cashflow,karena profit margin yg rendah/tidak seimbang dgn biaya tetap.seperti sewa yg tinggi karena didaerah yg strategis/premium.free wifi,biaya listrik yg tinggi karena hidup 24 jam,gaji karyawan,dan biaya2 lain yang membuat laba bersih mengecil/kecil.
    2.Pembukaan cabang yg terlalu cepat dgn tidak menyeimbangkan dgn cash flow yg kurang bagus,akibatnya nambah besar hutang (besar hutang dibandingkan cash flow)
    3.Omset menurun,karena kurangnya promosi untuk barang2 tertentu,untuk menciptakan keramaian(meningkatkan omset)
    4.Sevel 7 sudah tidak ada tujuan.daripada terus mendingan tutup.

Post A Comment