11 Nov HUTANG DAGANG YANG HARUS DIMINTA
Oleh : Suhu Wan (Ketum AMRI & Owner Idolmart)
Saat masih baru punya 1 kios ukuran 3 X 6 meter di Bekasi tahun 2000, saya belanja ke grosir di pasar pagi asemka Jakarta dengan seluruhnya belanja kas (tunai). Saat itu saya mau meminta agar bisa dikasih kredit (tempo pembayaran) kepada grosir, tetapi saya sangat ragu karena mereka tidak pernah tahu kios saya ada dimana, andaikata jika setelah berhutang saya tidak datang lagi… maka mereka tentu akan rugi.
Saya membeli setiap item barang tidak banyak, karena menjaga ITO (Inventory Turnover). Di setiap grosir saya belinya hanya sedikit-sedikit sehingga tidak mungkin barangnya untuk diantar (supaya grosir tahu kios saya). Akhirnya karena saking tidak beraninya meminta “hutang” saya menggunakan trik untuk pertama kali bisa berhutang ke grosir (tetapi murni trik bisnis ya, bukan trik untuk menipu
).
Saat belanja di salah satu grosir dimana pembelian saya cukup lumayan disitu, saya sengaja memesan barang lebih banyak dari dana cash yang saya siapkan. Belanja cash yang dianggarkan Rp 3 juta namun saya sengaja memesan barang sampai Rp 5 juta. Begitu selesai pesan barang, pemilik grosir itu langsung berkata kepada saya,”Bapak kan mau belanja di grosir yang lain, ya sudah barang akan saya siapkan dulu, nanti setelah selesai Bapak ambil barangnya ke sini ya”.
Sengaja saya pilih waktu terakhir saat sore dan pasar pagi asemka mau tutup saya baru balik ke grosir tersebut. Begitu melihat saya langsung pemilik grosir itu berteriak,”Ini barang bapak sudah siap semua, sudah di pack”.
Saya langsung meminta nota pembelian nya dan persis seperti dugaan saya nilainya Rp 5 juta, sedangkan uang di kantong saya tersisa Rp 3 juta, saya langsung berkata
“Kurangi saja barangnya Pak”
“Kenapa?” Tanya pemilik grosir
“Uang saya kurang Pak”
“Aduh bagaimana caranya mengurangi barang? Karton sudah dilakban dan toko juga mau tutup” dia kebingungan.
Tapi kemudian mungkin dia berpikir, saya sudah belanja hampir 6 bulan lamanya dan belanjanya selalu bertambah, akhirnya dia berkata,
“Begini saja deh, Bapak tanda tangan di sini, dan Nota asli saya pegang, nanti saat belanja lagi baru kekurangan Rp 2 jutanya dibayar ya”.
Alhamdulillah saya dikasih hutang, kata saya dalam hati
. Tetapi andaikata saat itu pemilik grosir tersebut mau mengurangi barang yang sudah saya pesan karena uang saya kurang, maka saya akan pindah belanja dari dia, karena saya ingin bisnis jangka panjang dan berkembang, saya membutuhkan hutang (hutang dagang).
Di grosir yang kedua saya berhutang saya juga mau melakukan trik seperti di atas, namun saya diingatkan karyawan (ada 1 karyawan yang membantu saya belanja),”Pak Wan, Ibu pemilik grosir ini kan galak, jangan coba-coba menerapkan teknik seperti kemarin, nanti malah bisa-bisa kita diusir dan tidak boleh belanja lagi di toko dia”.
Saya jawab,”Kan kita harus mencoba, jika di tolak maka kita akan tahu kenapa kita di tolak, sehingga nanti nego di grosir yang lain kita akan lebih siap”.
Namun saat sudah berhadapan dengan grosir tersebut saya ngeper juga
akhirnya saya to the point,”Bu saya kan pesan barang dulu dan belum tahu berapa total nilai yang dipesan, nanti saat akan bayar jika uang saya kurang bagaimana ya?”
Jawaban pemilik grosir itu cukup mengagetkan saya,”Gampang, nanti saja bayarnya”.
“Tuh gampang kata Ibu itu, kamu saja yang takut-takut” kata saya pada karyawan
.
Saya juga kaget dari 10 grosir terbanyak tempat saya belanja 1 menolak (tidak bersedia memberi hutang), 1 setuju tetapi harus bayar sebagian dulu sebagian hutang, 8 grosir langsung setuju. Kadang-kadang hutang itu tidak disodor-sodorkan,….ayo ini hutang
, hutang itu harus diminta.
Tetapi itu dulu saat merintis ya, saat itu masalah saya adalah SUSAH MINTA HUTANG, sekarang setelah bisnis berjalan juga masih mengalami masalah, yakni SULIT MENOLAK HUTANG
. Banyak pemasok/calon pemasok yang tidak tahu dapat nomor telpon saya dari mana (saya sudah bertahun-tahun tidak pernah mengurus belanja lagi, saat ini ada 20 orang team pengadaan saya),”Pak, tolong dong produk saya masuk di toko Bapak, jika yang lain memberi tempo 1 bulan, saya kasih tempo pembayaran 1,5 bulan deh”. Saya jawab,”Aduh maaf Ibu, jenis produk seperti yang Ibu tawarkan sudah banyak di toko saya, nanti malah lama lakunya karena kebanyak jenis yang sama”.
Karena selalu mendapat telpon begini saya pikir ah sama saja masalah antara minta hutang sama menolak hutang
. Tidak punya uang masalah, punya uang masalah juga. Bisnis tidak berkembang masalah, bisnis berkembang masalah juga
.
Kenapa harus berhutang saat membeli barang? Karena bisnis kita harus berkembang termasuk buka cabang. Jika kita dikasih tempo (hutang) selama 1 bulan dan kita bisa menjaga ITO (Inventory Turn Over) maksimal 30 hari maka setiap membuka cabang kita tidak perlu menyiapkan dana investasi sama sekali untuk stok barang, karena sudah tertutup dengan hutang dari supplier. Jika tempo pembayaran 1 bulan, dan ITO kita bisa 40 hari, maka dana investasi harus kita sediakan (cash) untuk 10 hari (40 dikurangi 30). Jika ada Bang Non yang belum mengerti ITO silahkan baca di ritelnews.com
Salam
jari AMRI
No Comments