Social Links
AMRI | HINAAN, “CAMBUK SAKTI” MERAIH KEBERHASILAN”
20295
post-template-default,single,single-post,postid-20295,single-format-standard,vcwb,ajax_fade,page_not_loaded,,side_area_uncovered_from_content,qode-theme-ver-10.0,wpb-js-composer js-comp-ver-5.0.1,vc_responsive
 

HINAAN, “CAMBUK SAKTI” MERAIH KEBERHASILAN”

Oleh : Suhu Wan (Ketum AMRI & Owner  Idolmart)
Seorang teman pernah bercerita tentang temannya yang mendapatkan “hinaan” dari seorang pamannya disaat dia masih menjadi penjual kue dengan cara menjajakan dari rumah ke rumah di Ternate. Saat itu dia menyatakan niatnya untuk melamar putri dari pamannya sendiri, dan ditolak dengan kasar bahkan dihina dengan kata-kata yang menyakitkan,”Siapa kamu sudahlah miskin dan ……… ( red: mohon maaf yang sebesar-besarnya, bukan mencela ciptaan Allah, matanya juga tidak sempurna sebelah), berani-beraninya melamar anak saya…..dst”.
Teman ini dendam dan sangat sakit hati bukan karena penolakan sang paman, namun hinaan yang sangat merendahkan dirinya saat itu. Namun dia mengelola rasa sakit hati itu dengan tidak dendam pada sang paman, dia mengambil dari sisi positif dan memacu semangatnya untuk menjadi seseorang yang sukses.
Hinaan itu selalu terngiang ditelinganya dan sulit dilupakan…yang selalu memberi energi positf yang luar biasa baginya, energi tambahan jika disaat dia mendapatkan tantangan dan kesulitan dalam bisnis yang dia jalani. Jangan salah…..dia tidak dendam pada sang paman (malah sudah memaafkan dari awal walau sang paman tidak pernah meminta maaf langsung padanya), malah dia berterima kasih pernah dihina, dicambuk demikian kerasnya….yang membuat akhirnya dia sukses.
Teman saya di atas (yang empunya cerita) menyampaikan ini pada saya disaat dia menerima undangan pernikahan putri temanya tersebut untuk datang ke Ternate, bukan cuma undangan tetapi temannya itu mengirimkan sekalian tiket pesawat pulang pergi. Ada sekitar 500 orang lain yang dia kirimin undangan sekaligus tiket pesawat (sekaligus hotel tempat menginap tentunya), ini hanya menggambarkan bagaimana sukses bisnisnya…..yang diawali dari hinaan (cambukan keras) dari sang paman.
Saya teringat pengalaman pribadi disaat saya harus putus sekolah di SMK dan saya tinggal di kampung kecil (kampung asal Ibu saya di Riau) dan berdagang “babelok” dari kampung ke kampung dengan mengikuti hari pasar. Suatu ketika disaat sedang berkumpul dengan keluarga besar saya dihina (dicambuk) oleh salah seorang dari keluarga yang ditokohkan oleh keluarga besar dengan kata-kata,”Wan, dari semua pedagang yang ada disini kamu yang pendidikannya paling tinggi (maklum pedagang kampung banyak yang tidak sekolah?), tetapi ternyata kamu pedagang yang paling bodoh”.
Hinaan dari seseorang yang ditokohkan dan dihormati oleh keluarga besar, diucapkan didepan banyak orang pada seorang anak yang masih berusia 17 tahun, tentu saja bagaikan palu godam yang menghantam, kata-kata yang langsung menusuk ke ulu hati? saya saat itu. Kata-kata yang sepertinya dimulai dari pujian dan diakhiri dengan hinaan seolah-olah sebuah gelas yang diangkat tinggi kemudian dijatuhkan ke lantai hingga hancur berkeping-keping.
Dikatakan sebagai “pedagang yang paling bodoh” membuat saya marah saat itu, saya terhina, saya dendam…..namun bukan marah pada orang yang mengatakan,Insya Allah tidak ada dendam di hati saya, bahkan walau ybs tidak pernah mengatakan maaf saya sudah terlebih dahulu memaafkan, bahkan saya sangat berterima kasih pada beliau.
Cambuk (hinaan: pedagang yang paling bodoh) itu menjadi titik awal bagi saya untuk menjadi pedagang yang sukses, orang yang berhasil di bisnis, termasuk janji di hati saya untuk suatu saat dapat membantu keluarga besar saya dan orang lain agar berhasil. Memang pujian akan dapat memberikan motivasi bagi seseorang, membuat orang lebih semangat dan gigih berjuang. Namun jangan dilupakan juga, ternyata sebuah hinaan bisa menjadi energi yang power full untuk meraih keberhasilan, dengan catatan kita bisa mengambil dari sisi positif dan bukan sisi negatifnya.
Selamat pagi, semoga sekelumit pengalaman ini bisa memberikan manfaat dan motivasi bagi kita bersama.
DPP AMRI
dppamri@gmail.com
No Comments

Post A Comment