01 Jan BENARKAH MENURUTMU BERBAGI ADALAH HAL YANG MULIA ?
Kita tidak pernah kehilangan apa-apa , karena manusia tidak pernah memiliki apa-apa, semua yang kita pikir kita kuasai bahkan termasuk tubuh yang menempel ini bukanlah milik kita, setuju ya?…
kita tahu secara intelektual hal ini, namun mengapa kita tetap bersedih ketika kehilangan?…
kalau mau melihat lebih dalam, bukanlah kita yang sedih, melainkan keangkuhan kitalah yang sedih….Merasa “paling” sudah menempel begitu erat dan membentuk bangunan kokoh dan tinggi, karenanya kita tidak mampu melihat siapa sejatinya diri ini sekaligus tidak sadar bahwa kita bukanlah raga…
Di saat orang membeli sebuah benda, katakan gejet yang terbaru dan termahal maka ego melambung, karena ia menyangkutkan dirinya pada sesuatu yang lebih hebat dari dirinya, yaitu gejet itu….
Ketika Gejet terbaru itu hilang maka kita merasa sedih, kita sedih bukan karena benda itu hilang, namun ‘diri’ kita yang melekat pada Gejet itu yang hilang, dengan kata lain kita bukan mencari gejet itu tapi mencari diri kita yang hilang bersama gejet itu….
semakin hari semakin saya dituntun oleh berbagai peristiwa yang mengingatkan diri ini bahwa pertumbuhan dunia tak lain adalah pertumbuhan ego dan keangkuhan, sementara pertumbuhan jiwa hampir selalu terbalik dengan pertumbuhan yang diidamkan penduduk bumi ini….
Kita hanya berpindah dari ketergantungan yg satu keketergantungan yang lain, dari mulut buaya pindah ke mulut harimau,
saya sering mengira diri saya lebih sadar namun kenyataanya hanyalah perpindahan dari keangkuhan yang kasar menjadi lebih halus, apapun jenisnya, tetaplah angkuh..
Dulu saya berpikir berbagi itu adalah hal yang mulia , TANGAN DIATAS itu lebih baik namun sekarang, kesadaran yang ada mengatakan bahwa rasa bahagia yang muncul itu berasal dari ego saya yang merasa lebih hebat , lebih superior dibanding mereka yang menerima….
Dan suatu hari sangat mungkin sekali bahwa kesadaran menuntunku untuk melihat bahwa kalimat diatas ini juga merupakan keangkuhan yang lebih halus….
Ada seseorang yang sangat sederhana, ia menolak untuk memiliki harta berlebih, ia tergantung pada ide sosok sederhana yang ia inginkan, ‘kalau bukan sederhana bukanlah dia’ katanya…
Sebuah keangkuhan yang sungguh halus….
kesederhanaan haruslah dibangun dari pemahaman menyeluruh, oleh pikiran yang sederhana selanjutnya menjalar ke penampilan, bukan sebaliknya…..
Kita tidak bisa serta merta menjadi seorang yg penuh dg kasih sayang seperti Nabi Muhammad SAW hanya dengan mencukur kumis, dan berjenggot, atau berpakaian koko dan bersorban, atau mempunyai kemampuan memaafkan karena hebatnya berdakwah diatas podium…
Kita perlu berlatih mencintai sesama hamba sampai mempunyai kesadaran setinggi yg dicontohkan Rasul untuk menjadi seorang pemaaf dan Suri tauladan bagi seluruh umat Manusia… pemahaman hadist sekelas Bukhari dan Muslim, untuk mempelajari dan mengumpulkan hadist terpercaya… mampu menjadi pemimpin yg tegas dan amanah dalam melayani masyarakat seperti yang di lakukan para Sahabat Rasul…
Bertahun-tahun lalu saya pun manyadari bahwa ada jutaan ketergantungan yang ada di dalam diri ini…
Jangan terlalu bergantung pada kebahagiaan, jangan pula menolak penderitaan…
Bahagia dan derita sama baiknya, datang dan pergi silih berganti..
Dalam hati aku pun hanya bisa mengucap ‘kesedihanmu tidak juga permanen sayangku, sekarang datang, sebentarpun akan hilang”
Begitulah alur kehidupan, selama kaki ini masih menginjak bumi, kita masih manusia normal, dg segala keangkuhan dan ketergantungan…
Bersambung….
No Comments