Social Links
AMRI | BAGAIMANA CARA SAYA MEMBIMBING KELUARGA BESAR BERBISNIS? (Bagian-2)
17664
post-template-default,single,single-post,postid-17664,single-format-standard,vcwb,ajax_fade,page_not_loaded,,side_area_uncovered_from_content,qode-theme-ver-10.0,wpb-js-composer js-comp-ver-5.0.1,vc_responsive
 

BAGAIMANA CARA SAYA MEMBIMBING KELUARGA BESAR BERBISNIS? (Bagian-2)

SYARAT KEDUA, masalah keuangan, yang saya maksudkan bukan keluarga yang mau belajar dan terjun ke ritel harus punya uang, karena walaupun butuh modal namun kan relatif (bisa saja dimulai dari modal yang minim), yang paling utama itu adalah mereka tidak bermasalah dengan “pengelolaan keuangan” mereka selama ini. Apa yang saya maksudkan dengan bermasalah dengan pengelolaan keinginan mereka?

Maksudnya jika mereka selalu “lebih besar pasak dari pada tiang”, pengeluaran selalu lebih besar dari pada pendapatan, baik yang sudah bekerja maupun yang masih sekolah/kuliah, kelihatan mereka selalu bermasalah, terlibat hutang yang tidak perlu, menyulitkan orang tuanya atau tidak berlaku jujur dengan uang, maka mereka akan termasuk orang yang saya black list ?, tidak akan saya setujui jika mereka menyatakan ingin belajar dari saya. Ada yang dari kampung saya tolak karena dia masih selalu bermasalah dengan pengelolaan keuangannya, dan semua keluarga besar (yang sudah membuka toko) akan serempak mengamini apa yang saya lakukan, sehingga tidak ada yang mau memberikan tempat “magang” kepada dia.

Kenapa saya dia saya tolak? Kenapa saya tidak memberikan kesempatan belajar ritel kepadanya? Perlu diingat yang bisa membuat dia maju adalah dirinya sendiri dan bukan orang lain. Jika dia tidak bisa memanage dirinya dengan benar, dia tidak mau belajar (sekali lagi dengan sikap dan tindakanya) maka tidak ada 1 pun orang di muka bumi ini akan bisa mengajari dia, termasuk saya. Bisnis ritel sangat ditentukan oleh kekuatan dan pengontrolan cash flow yang benar, jika cash flow bermasalah maka bisnis ritel tidak akan bisa maju.

Jika dia masih bermasalah dengan keuangan pribadi nya sendiri bagaimana dia akan mampu mengelola keuangan toko, jangan-jangan nanti begitu ada omset (penjualan) dia anggap itu adalah keuntungan semua 100% dan langsung dipakai untuk konsumsi ?, padahal dalam omset itu ada harga pokok (harga beli barang) yang harus dibelikan barang lagi, ada biaya-biaya toko, paling lama 3 bulan toko yang dia buka akan bangkrut. Saya hanya menyampaikan pada dia buktikan sejak sekarang sampai batas waktu yang saya tentukan dia bebas dari masalah keuangannya dalam arti bisa disiplin dan mengontrol dirinya.

Sudah sering saya sampaikan dan akan saya ulangi lagi, ajal manusia datang bisa kapan saja tanpa seseorang harus sakit dulu lalu sekarat baru meninggal, di tengah sehat bugar pun bisa saja ajal menjemput. Namun jika bisnis iya….tidak akan ada bisnis yang sehat keuangannya (baik cuma punya 1 toko atau 100 toko) yang akan langsung seketika bangkrut. Selalu bisnis itu ada tahapan untuk bangkrut, mulai dari kesulitan keuangan dulu, sampai cashflow (uang) nya habis barulah akan menemui ajal (bangkrut). Artinya jika kita bisa disiplin mengontrol diri dengan baik, fahami dan pelajari cash flow (termasuk laporan Akuntasi yang lain laba rugi dan neraca), disiplin dalam menjalankan kaidah (analisa) laporan keuangan maka Insya Allah kita kan bisa terhindar dari kebangkrutan dan akan bisa berhasil dan berkembang.

Masih akan saya lanjutkan pada tulisan berikutnya.
Wan MH

DPP AMRI
dppamri@gmail.com
No Comments

Post A Comment